IMAM AN-NAWAWI: SANG ULAMA ZUHUD YANG HIDUP UNTUK ILMU
Imam An-Nawawi memiliki nama lengkap Yahya bin Syaraf bin Murri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An-Nawawi Asy-Syafi’i. Beliau lahir di desa Nawa, wilayah Hauran dekat Damaskus, Suriah, pada bulan Muharram tahun 631 Hijriah atau sekitar Oktober 1233 Masehi. Sejak kecil, Imam An-Nawawi telah menunjukkan kecerdasan dan kesungguhan luar biasa dalam menuntut ilmu. Dikisahkan, beliau kecil lebih suka menghafal Al-Qur’an dan mempelajari kitab dibanding bermain seperti anak-anak seusianya. Ayahnya, seorang lelaki saleh, melihat bakat itu dan mengarahkan putranya untuk memperdalam ilmu agama dengan penuh perhatian
Pada usia 18 tahun, Imam An-Nawawi meninggalkan kampung halamannya menuju Damaskus untuk menuntut ilmu. Kota itu pada masa itu adalah pusat keilmuan dunia Islam, dengan banyak madrasah dan majelis para ulama besar. Beliau belajar di Madrasah Ar-Rawahiyah dan Madrasah Al-Fadhiliyah yang terletak dekat Masjid Jami’ Umawi. Dalam sehari, beliau menghadiri hingga dua belas halaqah ilmu dari berbagai bidang, mulai dari tafsir, hadits, fikih, hingga nahwu dan balaghah. Kehidupan beliau sangat sederhana; beliau tidur hanya sedikit, tidak banyak makan, dan menghindari kemewahan dunia agar pikirannya fokus untuk menulis dan menuntut ilmu.
Imam An-Nawawi memiliki banyak guru ternama seperti Syaikh Abdurrahman bin Ibrahim Al-Fazari, Syaikh Abu Ishaq Asy-Syirazi, dan Syaikh Yahya bin Al-Amin. Dari para ulama inilah beliau mempelajari fikih mazhab Syafi’i dan ilmu hadits secara mendalam. Ketekunan dan kecintaannya terhadap ilmu melahirkan karya-karya besar yang masih menjadi rujukan utama hingga kini. Di antara karya beliau yang paling terkenal adalah Riyadhus Shalihin, kitab yang berisi kumpulan hadits tentang amal saleh dan akhlak, Al-Arba’in An-Nawawiyah yang memuat 40 hadits pokok Islam, dan Syarah Shahih Muslim, penjelasan mendalam terhadap hadits-hadits Imam Muslim yang menjadi standar bagi para ulama di seluruh dunia

Selain dikenal karena keilmuannya, Imam An-Nawawi juga masyhur karena keteguhan dan kezuhudannya. Beliau menolak segala bentuk hadiah atau pemberian dari penguasa demi menjaga kemurnian niat dan kehormatan ilmunya. Ketika diminta memberikan fatwa yang mendukung kebijakan zalim, beliau dengan tegas menolak meskipun harus menanggung risiko besar. Zuhudnya bukan karena menolak dunia, tetapi karena hatinya telah dipenuhi cinta kepada Allah dan kebenaran. Beliau hidup sangat sederhana, namun kata-katanya berpengaruh besar dan disegani oleh ulama serta penguasa pada masanya.

Imam An-Nawawi wafat di kampung halamannya, Nawa, pada tanggal 24 Rajab 676 Hijriah atau 21 Desember 1277 Masehi. Beliau meninggal di usia sekitar 45 tahun, usia yang tergolong muda namun dengan warisan ilmu yang luar biasa. Hingga kini, karya-karyanya terus diajarkan di berbagai lembaga pendidikan Islam di seluruh dunia. Nama Imam An-Nawawi selalu disebut dengan penuh hormat, menjadi simbol ulama sejati yang hidup untuk ilmu, berjuang demi agama, dan meninggalkan jejak yang tak akan pernah pudar sepanjang zaman.
Sumber : https://muslim.or.id/671-biografi-ringkas-imam-nawawi.html