TRAGEDI BIR MA'UNAH: ASAL MULA QUNUT NAZILAH

Tragedi Bir Ma’unah: Asal Mula Qunut Nazilah

Pada tahun ke-4 Hijriyah, Nabi Muhammad ﷺ menerima permintaan bantuan dari beberapa kabilah di Najd yang mengaku ingin belajar Islam. Beliau lalu mengutus sekitar 70 sahabat terbaik yang dikenal sebagai al-Qurra’, para penghafal dan ahli Al-Qur’an. Mereka berangkat dengan jaminan keamanan dari kepala suku setempat, namun ternyata jaminan itu hanyalah tipu daya.

Dalam perjalanan menuju daerah Biru Ma’unah, rombongan para sahabat tersebut justru disergap oleh Bani Amir dan kabilah sekutunya. Penyerangan itu dilakukan secara tiba-tiba dan tanpa belas kasihan. Hampir seluruh sahabat yang ikut gugur sebagai syuhada, hanya satu orang yang berhasil selamat dan kembali ke Madinah untuk menyampaikan kabar duka kepada Rasulullah

Tragedi ini sangat mengguncang Nabi Muhammad ﷺ dan kaum Muslimin. Kesedihan Nabi begitu mendalam karena para sahabat yang gugur adalah para penghafal Qur’an dan pejuang dakwah. Sebagai respon atas pengkhianatan tersebut, beliau membaca doa khusus dalam shalat berjamaah, yang kemudian dikenal sebagai Qunut Nazilah.

Riwayat sahih menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ membaca Qunut Nazilah selama sebulan penuh. Dalam doa itu, beliau memohon kepada Allah agar menurunkan pertolongan bagi kaum Muslimin dan membalas kezaliman kabilah-kabilah yang mengkhianati para sahabat. Setelah sebulan, Nabi menghentikan Qunut Nazilah karena turun ayat bahwa Allah sendiri yang akan membalas perbuatan mereka.

Peristiwa Biru Ma’unah menjadi salah satu tragedi besar dalam sejarah Islam yang menunjukkan pengorbanan para sahabat demi dakwah. Dari sinilah Qunut Nazilah dikenal dan diamalkan sebagai doa khusus yang dibaca ketika umat Islam menghadapi musibah besar. Hingga kini, doa tersebut masih menjadi bagian dari tradisi ibadah umat Muslim di berbagai belahan dunia.