HARTA MILIK ALLAH, KITA HANYA MEMEGANGNYA SEMENTARA
Ketika kita memahami hakikat kepemilikan, maka perlu diyakini bahwa sesungguhnya harta bukanlah milik kita melainkan milik Allah SWT, dan kita hanyalah pemegang amanah atasnya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah meminjamkan kepadamu.” (QS Al‑Hadid 57:7) dan “Dan kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.” (QS An‑Najm 53:31).
Karena harta adalah amanah dari Allah maka cara kita memilikinya dan menggunakannya haruslah sesuai dengan kehendak-Nya. Jika manusia menyandarkan harta hanya untuk diri sendiri tanpa mempedulikan hak-hak orang lain, atau mengangkat dirinya dengan harta tersebut seperti mengatakan “ini milikku” tanpa melihat bahwa yang empunya adalah Allah, maka orang tersebut telah keluar dari kerangka amanah. Sebagaimana firman-Nya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.” (QS Ali ‘Imran 3:180).
Imam Fakhruddin Ar‑Razi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa orang-orang kaya ibarat khuzzanullah (penjaga harta Allah) karena apa yang ada di tangan mereka bukanlah miliknya sepenuhnya, melainkan hanya dipercayakan oleh Allah. Islampos Maka, ketika harta dikelola dan digunakan tanpa merujuk kepada petunjuk Allah, hakikat amanah ini menjadi rusak dan bisa berujung pada kerusakan sosial dan spiritual.
Oleh karena itu, setiap muslim harus menyadari bahwa pemilikan harta bukanlah tiket bebas untuk berbuat sesuka hati. Sebaliknya, pemilik harta seharusnya aktif dalam menunaikan kewajiban seperti berinfak dan bersedekah, serta menjaga agar hartanya tidak menjadi penghalang menuju ketaatan atau sumber kezaliman. Dalam realitas sejarah, sistem keuangan dan sosial Islam telah berkembang berdasarkan prinsip amanah ini—bahwa harta merupakan perwakilan manusia atas kekuasaan Allah dan harus digunakan untuk kemaslahatan umat.
Maka marilah kita refleksikan: kalau kita pandang harta sebagai milik kita sendiri, kita rentan sombong, kikir, atau lalai dari tugas sosial. Tapi jika kita memandang harta sebagai pinjaman yang Allah titipkan kepada kita, kita akan lebih ikhlas untuk berzakat, bersedekah, membantu sesama, dan menjaga bahwa penggunaan harta kita tidak menyimpang dari syariat. Dengan demikian amanah ini menjadi sarana keberkahan dan bukan beban yang menjerat.
Sumber : https://www.islampos.com/ingatlah-harta-itu-milik-allah-hanya-dipinjamkan-saja-101900/#google_vignette